Saturday 11 April 2015

UPACARA MEPEJUIT





Iring-iringan Banten Pejuwit memasuki Pura Puseh Tri Eka Cita 
disambut oleh pasukan Berokan di kanan kiri pemedal
Upacara Mepajuwit terdiri dari dua kata yaitu Upacara dan Mepajuwit. Kata upacara dalam bahasa sansekerta berarti mendekati. Dalam kegiatan upacara agama diharapkan terjadinya suatu upaya untuk mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa, kepada sama manusia, kepada alam lingkungan, pitara maupun rsi. Pendekatan itu diwujudkan dengan berbagai bentuk persembahan maupun tata pelaksanaan sebagaimana yang telah diatur dalam ajaran agama hindu. (Tim Penyusun, 1993: 152). Di dalam kamus Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa kata upacara mengandung dua pengertian penting yaitu, pertama berarti tanda-tanda kebebasan, kerajaan dan kedua berarti upacara mengandung arti peralatan (menurut adat) untuk melakukan suatu perbuatan tetentu menurut adat kebiasaan atau agama. (Poerwardarmita, 1983: 485).

Supartha, (2001: 17) memberikan difinisi tentang kata upacara adalah gerakan disekeliling kehidupan manusia atau aktifitas-aktifitas manusia dalam upaya dan usaha menghubungkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa(Tuhan Yang Maha Kuasa) dengan segenap istadewataNya. Sedangkan secara etimologi upacara berasal dari kata “Upa dan Cara”. “Upa” yang berarti dekat, sekitar, berhubungan dengan, dan “Cara” yang berarti gerakan. Jadi upacara adalah segala sesuatu yang berhubunngan dengan  gerakan. Gerakan dalam hal ini dapat ditapsirkan sebagai pelaksanaan sesuatu. Jadi upacara yang dimaksud dalam agama Hindu adalah pelaksanaan dari suatu yajna atau korban suci. (Mas Putra, 2001: 6).
Apabila disimak dari pendapat dan pengertian upacara secara etimologis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa upacara adalah berhubungan dengan aktivitas keagamaan, penobatan raja, perayaan sesuai dengan adat istiadat atau tradisi setempat dengan mengandung unsur tempat pelaksanaan, waktu pelaksanaan, benda-benda atau alat upacara serta orang-orang sebagai pelaksana dan pemimpin upacara dimana untuk mendekatkan diri dengan Sang Pencipta yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Mepajuwit berasal dari kata ngupakara wit dimana ngupakara berasal dari bahasa sansekerta, ngupakara yang berarti pelayanan yang ramah tamah, kebaikan hati, faedah, karunia (Samadhi Astra, 2000: 111).  Warna (1993: 773) dalam Kamus Bali Indonesia (1993: 778) menyebutkan bahwa ngupakara berarti memohon berkah dengan sesajen.
Dalam Kamus Bahasa Bali (1985: 238) Wit adalah penggalan dari  kata ngawit yang artinya memulai. Dalam Kamus Sinonim Bahasa Bali (2003: 801 ) “wit” diartikan tanaman atau pohon. Maka ngupakara wit diartikan suatu upacara persembahan untuk tumbuh-tumbuhan. Untuk mempermudah melafalkannya dari kata ngupakara wit kemudian menjadi mepajuwit karena fonem C satu warga dengan fonem J maka bisa di ganti karena maknanya sama. Pada umumnya upacara ini ditujukan kepada berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, tetapi karena sebagian penduduk yang berada di Desa Tri Eka Cita berpropesi dan bermatapencaharian sebagai petani khususnya petani padi maka yang lebih dikhususkan adalah tanaman padi.
Maka dapat disimpulkan bahwa upacara mepajuwit adalah suatu upacara persembahan kepada tumbuh-tumbuhan yang dalam hal ini dikhususkan untuk tanaman padi.

No comments:

Post a Comment