Iring-iringan
Banten Pejuwit memasuki Pura Puseh Tri Eka Cita
disambut oleh pasukan Berokan
di kanan kiri pemedal
|
Upacara
Mepajuwit terdiri dari dua kata yaitu Upacara dan Mepajuwit. Kata
upacara dalam bahasa sansekerta berarti mendekati. Dalam kegiatan upacara agama
diharapkan terjadinya suatu upaya untuk mendekatkan diri kepada Sang Hyang
Widhi Wasa, kepada sama manusia, kepada alam lingkungan, pitara maupun rsi.
Pendekatan itu diwujudkan dengan berbagai bentuk persembahan maupun tata
pelaksanaan sebagaimana yang telah diatur dalam ajaran agama hindu. (Tim
Penyusun, 1993: 152). Di dalam kamus Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa kata
upacara mengandung dua pengertian penting yaitu, pertama berarti tanda-tanda
kebebasan, kerajaan dan kedua berarti upacara mengandung arti peralatan
(menurut adat) untuk melakukan suatu
perbuatan tetentu menurut adat kebiasaan atau agama. (Poerwardarmita, 1983:
485).
Supartha,
(2001: 17) memberikan difinisi tentang kata upacara adalah gerakan disekeliling
kehidupan manusia atau aktifitas-aktifitas manusia dalam upaya dan usaha
menghubungkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa(Tuhan Yang Maha
Kuasa) dengan segenap istadewataNya. Sedangkan secara etimologi upacara berasal
dari kata “Upa dan Cara”. “Upa” yang berarti dekat,
sekitar, berhubungan dengan, dan “Cara” yang berarti gerakan. Jadi upacara
adalah segala sesuatu yang berhubunngan dengan
gerakan. Gerakan dalam hal ini dapat ditapsirkan sebagai pelaksanaan
sesuatu. Jadi upacara yang dimaksud dalam agama Hindu adalah pelaksanaan dari
suatu yajna atau korban suci. (Mas Putra, 2001: 6).
Apabila
disimak dari pendapat dan pengertian upacara secara etimologis tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa upacara adalah berhubungan dengan aktivitas keagamaan,
penobatan raja, perayaan sesuai dengan adat istiadat atau tradisi setempat
dengan mengandung unsur tempat pelaksanaan, waktu pelaksanaan, benda-benda atau
alat upacara serta orang-orang sebagai pelaksana dan pemimpin upacara dimana untuk mendekatkan diri dengan Sang
Pencipta yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Mepajuwit
berasal dari kata ngupakara wit
dimana ngupakara berasal dari bahasa
sansekerta, ngupakara yang berarti
pelayanan yang ramah tamah, kebaikan hati, faedah, karunia (Samadhi Astra,
2000: 111). Warna (1993: 773) dalam
Kamus Bali Indonesia (1993: 778) menyebutkan bahwa ngupakara berarti memohon berkah dengan sesajen.
Dalam Kamus Bahasa Bali (1985: 238) Wit adalah penggalan dari kata ngawit
yang artinya memulai. Dalam Kamus Sinonim Bahasa Bali (2003: 801 ) “wit”
diartikan tanaman atau pohon. Maka ngupakara
wit diartikan suatu upacara persembahan untuk tumbuh-tumbuhan. Untuk
mempermudah melafalkannya dari kata ngupakara
wit kemudian menjadi mepajuwit
karena fonem C satu warga dengan fonem J maka bisa di ganti karena maknanya
sama. Pada umumnya upacara ini ditujukan kepada berbagai jenis tumbuh-tumbuhan,
tetapi karena sebagian penduduk yang berada di Desa Tri Eka Cita berpropesi dan
bermatapencaharian sebagai petani khususnya petani padi maka yang lebih
dikhususkan adalah tanaman padi.
Maka
dapat disimpulkan bahwa upacara mepajuwit adalah suatu upacara persembahan
kepada tumbuh-tumbuhan yang dalam hal ini dikhususkan untuk tanaman padi.
No comments:
Post a Comment